Barangkali sulit dipercaya, musik ternyata berpotensi untuk proses penyembuhan, meski prosesnya baru sebagian saja yang dapat ditemukan. Paling tidak kabar ini cukup menyegarkan bagi dunia kesehatan.Dr. Joanne Loewy yang memimpin tiga penelitian di Beth Israel Medical Center mengetahui bagaimana musik bisa memperingan penderitaan anak AIDS, leukemia, asma, dan gangguan otak yang berat. Joanne melihat musik bisa banyak meringankan keadaan mereka. Menurut penelitian terbarunya, musik berpengaruh langsung ke otak dan berakibat ke proses kerja tubuh. Dari hasil EKG (elektrokardiogram), dalam keadaan tenang dan tidak kesakitan, grafik jantung seseorang tidak melompat-lompat. Sebaliknya, pada saat sedang ketakutan, kesakitan, atau dilanda stres, ritme jantungnya "membeku" di frekuensi tertentu. Berdasarkan hal ini, para medis merasa perlu membuat rileks para pasien dengan memperdengarkan musik. Ternyata cukup berhasilPada pengamatan lainnya musik juga mampu "menggali" ingatan pasien. Memang fenomena seperti itu sampai sekarang belum jelas seluruhnya. Yang penting musik telah berhasil mengaktifkan kembali otak. Melalui "stimulasi total" dengan musik bisa memperbaiki minimal sebagian daerah fungsi otak yang rusak.Terapi musikSalah seorang pioner terapi musik adalah dr. Ralph Spintge, seorang ahli anestesi dari rumah sakit olah raga Hellersen di Ludenscheid, Jerman. Di Hellersen, bukan cuma kamar saja yang dilengkapi musik, tetapi juga ruang operasinya. Dari peralatan teknologi modern yang terdiri atas enam saluran, pasien yang cuma dibius lokal bisa memilih irama musik yang dia sukai, mulai dari Big-Band-Sound ala Glenn Miller sampai musik klasik. Di ruang operasi ini, headphone boleh dipakai. Selama ini kebanyakan dokter bedah menilai positif penggunaan musik., dengan mendengarkan musik para pelaku operasi merasa rileks saat mengerjakan "tugasnya" - tekanan darah dan denyut jantung mereka memang naik karena tugas berat itu tapi cuma sedikit. Selain itu, karena kebanyakan pasien lebih rileks saat dioperasi, komplikasi jarang terjadi sehingga masa rawat inap bisa diperpendekPasien pilih musik sendiriDalam pemilihan jenis musik sangatlah penting. “Untuk beberapa orang, musik klasik mungkin terbaik untuknya dan bagi sebagian orang lagi musik Jazz baik buat mereka.” ujar Joanne.Semuanya sangat tergantung dari pribadi orang tersebut. Musik dapat menentramkan kegelisahan dan bahkan mengurangi perasaan sakit. Musik juga dapat mengurangi kebutuhan akan obat-obatan yang selama ini menolong para pasien dari rasa takut dan sakit. Ternyata dari pengalaman diatas dapat kita ketahui bersama jika musik itu memiliki banyak sekali manfaatnya. Mungkin masih banyak lagi manfaat dari musik tersebut. Hanya kita saja yang belum mengetahuinya. Ada pepatah yang mengatakan dunia ini tanpa ada musik, ibarat sayur tanpa garam. Hambar!
Thursday, January 18, 2007
Ampuhnya Musik Sebagai Terapi
Barangkali sulit dipercaya, musik ternyata berpotensi untuk proses penyembuhan, meski prosesnya baru sebagian saja yang dapat ditemukan. Paling tidak kabar ini cukup menyegarkan bagi dunia kesehatan.Dr. Joanne Loewy yang memimpin tiga penelitian di Beth Israel Medical Center mengetahui bagaimana musik bisa memperingan penderitaan anak AIDS, leukemia, asma, dan gangguan otak yang berat. Joanne melihat musik bisa banyak meringankan keadaan mereka. Menurut penelitian terbarunya, musik berpengaruh langsung ke otak dan berakibat ke proses kerja tubuh. Dari hasil EKG (elektrokardiogram), dalam keadaan tenang dan tidak kesakitan, grafik jantung seseorang tidak melompat-lompat. Sebaliknya, pada saat sedang ketakutan, kesakitan, atau dilanda stres, ritme jantungnya "membeku" di frekuensi tertentu. Berdasarkan hal ini, para medis merasa perlu membuat rileks para pasien dengan memperdengarkan musik. Ternyata cukup berhasilPada pengamatan lainnya musik juga mampu "menggali" ingatan pasien. Memang fenomena seperti itu sampai sekarang belum jelas seluruhnya. Yang penting musik telah berhasil mengaktifkan kembali otak. Melalui "stimulasi total" dengan musik bisa memperbaiki minimal sebagian daerah fungsi otak yang rusak.Terapi musikSalah seorang pioner terapi musik adalah dr. Ralph Spintge, seorang ahli anestesi dari rumah sakit olah raga Hellersen di Ludenscheid, Jerman. Di Hellersen, bukan cuma kamar saja yang dilengkapi musik, tetapi juga ruang operasinya. Dari peralatan teknologi modern yang terdiri atas enam saluran, pasien yang cuma dibius lokal bisa memilih irama musik yang dia sukai, mulai dari Big-Band-Sound ala Glenn Miller sampai musik klasik. Di ruang operasi ini, headphone boleh dipakai. Selama ini kebanyakan dokter bedah menilai positif penggunaan musik., dengan mendengarkan musik para pelaku operasi merasa rileks saat mengerjakan "tugasnya" - tekanan darah dan denyut jantung mereka memang naik karena tugas berat itu tapi cuma sedikit. Selain itu, karena kebanyakan pasien lebih rileks saat dioperasi, komplikasi jarang terjadi sehingga masa rawat inap bisa diperpendekPasien pilih musik sendiriDalam pemilihan jenis musik sangatlah penting. “Untuk beberapa orang, musik klasik mungkin terbaik untuknya dan bagi sebagian orang lagi musik Jazz baik buat mereka.” ujar Joanne.Semuanya sangat tergantung dari pribadi orang tersebut. Musik dapat menentramkan kegelisahan dan bahkan mengurangi perasaan sakit. Musik juga dapat mengurangi kebutuhan akan obat-obatan yang selama ini menolong para pasien dari rasa takut dan sakit. Ternyata dari pengalaman diatas dapat kita ketahui bersama jika musik itu memiliki banyak sekali manfaatnya. Mungkin masih banyak lagi manfaat dari musik tersebut. Hanya kita saja yang belum mengetahuinya. Ada pepatah yang mengatakan dunia ini tanpa ada musik, ibarat sayur tanpa garam. Hambar!
Subscribe to:
Posts (Atom)